How blind people see... (from 9gag.com)
July 28, 2012
July 17, 2012
Why VAIO...?
21 tahun. Bagi saya, 21 tahun ini merupakan waktu yang bisa dikatakan cukup untuk mengenal siapa diri saya dan memahami kepribadian dalam diri saya. Sungguh, 21 tahun yang penuh warna saya jalani, dan banyak pelajaran berharga dalam menemukan siapa diri saya yang sebenarnya.
Masih teringat jelas, saya bukanlah seorang yang menonjol di bangku sekolah. Apabila berbicara tentang prestasi saya selama 6 tahun di sekolah dasar, mungkin saya adalah anak yang tidak terlalu diperhitungkan. Sempat saya bertanya dalam diri, akan jadi apakah saya? Tenggelam dalam kebingungan masa kecil, itulah saya. Namun, saya tahu 6 tahun itu tidak berlalu begitu saja dengan sia-sia. Saya menemukan sedikit kepribadian dalam diri saya melalui bagaimana cara papa dan mama mengasuh saya di masa kecil.
Menginjak bangku Sekolah Menegah Pertama di sebuah sekolah yang cukup ternama di kota saya cukup membuat saya gentar. Mampukah saya? Mungkinkah saya? Hari-hari itu saya jalani, sembari mencari jejak-jejak yang akan membawa saya untuk menemukan kepribadian saya yang sebenarnya. Memang tak mudah, namun kehadiran teman-teman memberikan secercah cahaya kepada saya dalam menemukan pribadi saya. Bersama mereka, saya mampu dan kuat untuk menghadapi apapun..
Menembus 3 tahun di bangku SMP dan saya segera memasuki bangku Sekolah Menengah Atas. Persahabatan, pertengkaran, kasih, benci, bahagia, sedih.., semuanya membukakan mata dan pikiran saya tentang hidup dan pencarian jati diri saya. Semua itu terakumulasi satu-per-satu, membentuk pikiran untuk mengerti diri saya sesungguhnya.
Masih teringat jelas, saya bukanlah seorang yang menonjol di bangku sekolah. Apabila berbicara tentang prestasi saya selama 6 tahun di sekolah dasar, mungkin saya adalah anak yang tidak terlalu diperhitungkan. Sempat saya bertanya dalam diri, akan jadi apakah saya? Tenggelam dalam kebingungan masa kecil, itulah saya. Namun, saya tahu 6 tahun itu tidak berlalu begitu saja dengan sia-sia. Saya menemukan sedikit kepribadian dalam diri saya melalui bagaimana cara papa dan mama mengasuh saya di masa kecil.
Menginjak bangku Sekolah Menegah Pertama di sebuah sekolah yang cukup ternama di kota saya cukup membuat saya gentar. Mampukah saya? Mungkinkah saya? Hari-hari itu saya jalani, sembari mencari jejak-jejak yang akan membawa saya untuk menemukan kepribadian saya yang sebenarnya. Memang tak mudah, namun kehadiran teman-teman memberikan secercah cahaya kepada saya dalam menemukan pribadi saya. Bersama mereka, saya mampu dan kuat untuk menghadapi apapun..
Menembus 3 tahun di bangku SMP dan saya segera memasuki bangku Sekolah Menengah Atas. Persahabatan, pertengkaran, kasih, benci, bahagia, sedih.., semuanya membukakan mata dan pikiran saya tentang hidup dan pencarian jati diri saya. Semua itu terakumulasi satu-per-satu, membentuk pikiran untuk mengerti diri saya sesungguhnya.
July 7, 2012
A Message from Him on Graduation Day
Luar biasa! Sekali lagi, ini bukan sebuah kebetulan bagi saya. Sabtu 7 Juli 2012, hari dimana saya bersama teman-teman merayakan Wisuda. Hari dimana saya mendapatkan banyak ucapan selamat. Dan saya percaya, Tuhan tidak lupa dengan kami anak-anakNya. Sungguh, dia memberikan pesan melalui apa yang saya dapatkan dari renungan di hari itu pula. Take a look guys!
Baca: Efesus 4:17-32
... supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. (Efesus 4:23-24).
Selama 16 tahun, John Kovancs tinggal di terowongan kereta api bawah tanah nan gelap. Saat ada perbaikan terowongan, ia terpaksa mencari tempat tinggal baru. Suatu saat, ia terpilih menjadi orang pertama yang memenangkan program “mengubah tunawisma menjadi penghuni rumah tetap” yang diadakan The New York Times. John meninggalkan tempat tinggal lamanya dan menjadi petani organik di New York. Katanya, “Udara di luar sini terasa lebih baik. Saya tak akan merindukan kehidupan lama saya. Saya tak akan kembali ke sana lagi.”
Pernyataan John semestinya juga mewakili sikap hati kita dalam menjalani kehidupan manusia baru di dalam Kristus. Paulus menyebutnya “menanggalkan manusia lama” dan “mdngenakan manusia baru” (ayat 22-23). Mengapa mesti menanggalkan manusia lama? Manusia lama itu jauh dari hidup yang berasal dari Allah (ayat 18). Oh, adakah yang lebih buruk daripada hidup yang jauh dari Allah? Hidup yang diliputi kebodohan dan kekerasan hati; membuat perasaan menjadi tumpul sehingga hawa nafsu, serakah, dan perbuatan cemarlah yang dilakukan setiap kali (ayat 19). Sementara itu, mengenakan manusia baru berarti dibarui dalam roh dan pikiran (ayat 23); diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (ayat 24). Jadi, ada perubahan selera dan orientasi hidup; meneladan Kristus (ayat 20); ramah, penuh kasih mesra, saling mengampuni (ayat 32).
Masihkah kita menginginkan manusia lama? Dalam hal apa kita cenderung berbalik kepada manusia lama? Mari mohon pengampunan Tuhan. Diiringi pertolongan Roh Kudus, serukanlah komitmen John Kovancs: “Saya tak akan kembali ke sana lagi!”—NIL
HIDUP BARU
... supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. (Efesus 4:23-24).
Selama 16 tahun, John Kovancs tinggal di terowongan kereta api bawah tanah nan gelap. Saat ada perbaikan terowongan, ia terpaksa mencari tempat tinggal baru. Suatu saat, ia terpilih menjadi orang pertama yang memenangkan program “mengubah tunawisma menjadi penghuni rumah tetap” yang diadakan The New York Times. John meninggalkan tempat tinggal lamanya dan menjadi petani organik di New York. Katanya, “Udara di luar sini terasa lebih baik. Saya tak akan merindukan kehidupan lama saya. Saya tak akan kembali ke sana lagi.”
Pernyataan John semestinya juga mewakili sikap hati kita dalam menjalani kehidupan manusia baru di dalam Kristus. Paulus menyebutnya “menanggalkan manusia lama” dan “mdngenakan manusia baru” (ayat 22-23). Mengapa mesti menanggalkan manusia lama? Manusia lama itu jauh dari hidup yang berasal dari Allah (ayat 18). Oh, adakah yang lebih buruk daripada hidup yang jauh dari Allah? Hidup yang diliputi kebodohan dan kekerasan hati; membuat perasaan menjadi tumpul sehingga hawa nafsu, serakah, dan perbuatan cemarlah yang dilakukan setiap kali (ayat 19). Sementara itu, mengenakan manusia baru berarti dibarui dalam roh dan pikiran (ayat 23); diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (ayat 24). Jadi, ada perubahan selera dan orientasi hidup; meneladan Kristus (ayat 20); ramah, penuh kasih mesra, saling mengampuni (ayat 32).
MANUSIA BARU MEMUNCULKAN SELERA HIDUP YANG BARU.
(dikutip dari renunganharian.net 7 Juli 2012)
Hari baru, manusia baru. Ini sungguh menjadi ucapan selamat sekaligus pesan dari-Nya untuk kita semua. Thanks God :) I Love You
One Step Ahead - GRADUATION DAY!
Finally! Setelah menjalani masa studi selama 4 tahun di bangku kuliah, akhirnya tiba juga hari ini. Hari dimana saya bersama teman-teman dan keluarga merayakan kelususan bersama di Universitas Ma Chung! Wisuda angkatan ke dua, dan itu angkatan saya. Oh senangnya saya, akhirnya saya mendapatkan gelar sarjana itu. Ya, ini adalah awal yang baru, saatnya menggunakan keahlian serta menambah kemampuan di dunia kerja. Ada banyak tantangan di luar sana namun saya harus siap. Menjadi orang yang tepat di tempat yang tepat!
Me (gusta!) |